Wali Kota Bukittinggi Erman Safar membeberkan dampak cukup parah akibat pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir. Selain merosotnya pertumbuhan ekonomi, jumlah warga miskin juga melonjak drastis.
”Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Bukittinggi juga merasakan dampak yang luar biasa karena pandemi Covid-19. Laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sepanjang tahun 2020 sebesar 7,31 persen di Kota Bukittinggi. Hal itu berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 yang naik sebesar 5,58 persen,” kata Erman Safar.
Hal itu diungkap Erman Safar saat berpidato di hadapan ratusan orang dalam Rapat Paripurna DPRD sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi Kota (HJK) Bukittinggi ke 237 di Balai Sidang Bung Hatta, Rabu (22/12).
Konsekuensinya, lanjut Erman Safar, banyak program pembangunan baik fisik maupun non fisik yang ditunda ataupun dibatalkan pelaksanaannya.
”Angka kemiskinan sebesar 19 ribu jiwa sebelum pandemi, saat ini telah naik menjadi 33 ribu jiwa. Hal itu tercatat di Kementerian Sosial untuk Kota Bukittinggi,” tegasnya.
Dia memuji upaya kepolisian dan TNI yang bergerak masif untuk menyukseskan vaksinasi di kota berjuluk Paris Van Sumatera itu.
”Alhamdulillah kuartal ketiga tahun 2021, kondisi Covid-19 di Kota Bukittinggi mulai melandai. Selama dua bulan terakhir tidak ada masyarakat yang terkonfirmasi positif. Cakupan vaksinasi juga telah mencapai 96,8 dari total populasi masyarakat yang ada di Kota Bukittinggi,” katanya.
Erman menyebut, pihaknya ingin menuntaskan target 100 persen hingga akhir tahun. Hal itu tidak bisa dilakukan karena cakupan vaksinasi bagi lansia masih di bawah 60 persen. ”Jika lansia sudah tervaksin sampai 60 persen, maka bisa dilanjutkan untuk anak-anak usia 6-11 tahun,” katanya.
Untuk mengentaskan kemiskinan tersebut, jelasnya, berdasarkan Perda nomor 4 tahun 2021 tentang RPJMD 2021-2026 visi Kota Bukittinggi adalah Hebat berlandaskan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
”Hebat dalam hal ekonomi, kami ingin memulihkan perekonomian kerakyatan terutama UMKM. Masalah utama UMKM terletak pada permodalan. Salah satu program pinjaman modal yang disalurkan melalui BPRS Jam Gadang adalah Tabungan Usman. Pelaku UMKM hanya tinggal menabung perhari sebagai cicilan atas modal pinjaman yang diberikan, ini sama artinya dengan tabungan yang dipanen di muka,” katanya.
Staf Ahli Gubernur Sumbar M. Yani dalam sambutannya berharap, kondisi pandemi tidak menjadi hambatan dalam pembangunan daerah. Melainkan sebagai tantangan agar pembangunan di era pandemi dilakukan secara bersama-sama.
”Pemerintah telah memberikan stimulasi dan relaksasi, maka pelaku ekonomi juga harus bekerja keras. Mari kita bersama bangun semangat baru dan produktivitas,” harapnya. (ryp)