Warga Desa Simalegi Gantung Diri, Diduga Karena Himpitan Ekonomi

47
AKHIRI HIDUP: Warga berkerumun di rumah seorang warga Desa Simalegi yang ditemukan tewas tergantung di pintu rumahnya, Minggu (13/3).(ARIF/PADEK)

Diduga akibat himpitan ekonomi, seorang warga dusun Sakhaladat, Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat berinisial, XA, 40, memilih mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri dengan seutas tali, Minggu (13/3) dini hari.

Kejadian tersebut baru diketahui oleh istri almarhum S, 30 pagi harinya saat ke luar dari kamar dan mendapati suami tergantung di pintu teras rumah.

Kapolsek Sikabaluan AKP Edi Surya yang juga membawahi wilayah hukum Siberut Barat, Senin (14/3) siang mengatakan, pihaknya mendapat laporan warga bunuh diri tersebut disampaikan oleh Bhabinkamtibmas Siberut Barat Bripka Oka Satria Minggu 13 Maret 2022 pukul 17.30.

Dengan saksi sebanyak dua orang, yakni, S, 30 istri almarhum dan S, 35 laki tetangga almarhum yang berprofesi sebagai nelayan.

“Semula almarhum menyampaikan pamit kepada istrinya akan pergi melaut pada hari Minggu tanggal 13 Maret 2022 pukul 04.00 dini hari. Setelah memastikan suaminya pergi melaut, istrinya pergi ke kamar mandi dan melanjutkan istirahat,” ungkap mantan Kasat Narkoba Polres Mentawai tersebut.

Barulah, pagi harinya sekitar pukul 06.00 istri almarhum ke luar dari kamar dan mendapati suaminya sudah tergantung pada seutas tali.

Mendapati kondisi suaminya tersebut, dia berteriak dan mintak tolong membuat tetangga sekitar rumah berdatangan ke rumahnya. Kejadian tersebut dilaporkan ke dusun setempat dan Bhabinkamtibmas.

Setelah mendatangi TKP, kata dia, Bhabinkamtibmas mengamankan barang bukti berupa seutas tali plastik yang digunakan almarhum untuk gantung diri. Kemudian, lanjut dia, pihak Bhabinkamtibmas meminta kepada petugas Puskesmas Simalegi untuk melakukan visum luar.

Baca Juga:  Masyarakat Menjerit: Mentawai Butuh Elpiji 3 Kg, Gas 12 Kg Mahal

Menurut dia, kejadian tersebut, murni bunuh diri yang diduga akibat himpitan ekonomi. Namun, terkait adanya motif lain yang membuat almarhum memilih mengakhiri hidupnya, karena malu mendapati kondisi putrinya yang tengah berbadan dua dan belum mendapatkan penjelasan siapa ayah dari calon bayi, pihaknya belum mendapat informasi tersebut.

“Belum ada informasi soal ini. Yang pasti, sewaktu ke TKP kami tidak ada menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Jadi korban murni  bunuh diri, untuk motifnya kami akan perdalam lagi nanti kami tanya dulu saksi-saksinya ya. Sebab, waktu itu, kami tdak mungkin menanya istrinya atau kerabat karena masih berduka,” ujarnya.

Sekretaris Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kepulauan Mentawai, Candra Dewi, Senin (14/3) mengaku, belum mengetahui persis apa yang menjadi motif pelaku bunuh diri.

Dia mengatakan, jika memang disebabkan karena kaitannya dengan putrinya yang tengah berbadan dua, perlu ditelusuri lebih lanjut.

“Misalnya, berapa usia putrinya tersebut. Kalau masih di bawah umur, tentu perlu dilakukan pendampingan. Kami akan coba cek kepada Camat Siberut Barat. Karena sekarang, sedang ada rapat di kantor Bappeda Kepulauan Mentawai,” pungkasnya.

Camat Siberut Barat, Jop Sirirui yang dikonfirmasi wartawan, Senin (14/3) siang, terkait kejadian tersebut mengaku, belum bisa memberikan penjelasan karena sedang mengikuti rapat di aula Bappeda Kepulauan Mentawai. (rfi)