PT BPR VII Koto Bukukan Aset Rp17,21 Miliar dan Realisasi Kredit Rp10,17 Miliar

65

Pascamerger dua tahun lalu, PT BPR VII Koto terus melakukan penataan organisasi. Perlahan manajemen berupaya meningkatkan Kuantitas Usaha dan terus menaikkan Kualitas Aktiva Produktifnya (KAP). Tahun buku 2022 tercatat total aset sebanyak Rp17,21 Miliar, realisasi Kredit Rp10,17 Miliar dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp12,51 Miliar.

Laporan—Two Efly, Padangariaman

Tak mudah menyatukan dua kultur perusahaan walaupun jenis usahanya sama. Meskipun begitu manajemen PT BPR VII Koto berupaya keras untuk menyatukannya. Perlahan upaya itu mulai menampak hasil walaupun belum sesuai yang diharapkan. Peningkatan kuantitas usaha mulai merangkak naik dan kualitas aktiva produktifnya pun berangsur membaik.

“Ya, ini memang merupakan tahun kedua pasca kita merger. Perlahan lahan kita mulai menemukan langkah dan strategi yang tepat untuk menjalankan operasional perusahaan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Untuk tahun 2022 tercatat total aset sebanyak Rp 17,21 Miliar, realisasi Kredit sebanyak Rp 10,17 Miliar dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 12,51 Miliar. Tahun 2023 kita target bertumbuh double digit sebagai upaya peningkatan pendapatan dan laba,” ujar Direktur Utama PT BPR VII Koto Tri Joni Putra dan Direktur Yuliardi kepada Padang Ekspres kemarin.

Menurut Tri Joni Putra, secara kinerja tahun 2022 PT BPR VII Koto memang belum maksimal. Di lapangan dan dalam operasional masih banyak kita temukan kendala. Meskipun begitu kita tak menyerah. Berbagai upaya tetap kita lakukan. Satu di antara yang kita upayakan adalah peningkatan Kualitas Aktiva Produktif (KAP). “Alhamdulillah secara bertahap ini, bisa direalisasikan. Semoga saja ditahun 2023 PT BPR VII Koto bisa lebih baik lagi,” ujar Jon.

Aset, Dana dan Beban

Hingga akhir tahun 2022 tercatat total aset PT BPR VII Koto sebesar Rp 17,21 Miliar. Realisasi aset ini relatif konstan dibandingkan capaian aset tahun 2021 yang lalu. Sementara itu Dana Pihak Ketiga juga tak jauh berbeda.

Hingga akhir tahun 2022 tercatat total Dana Pihak Ketiga terhimpun sebanyak Rp 12,51 Miliar yang bersumber dari dana tabungan sebanyak Rp 9,26 Miliar dan dana deposito sebesar Rp 3,25 Miliar. “Untuk pendanaan kita kita memang lebih menumpukan pada dana tabungan. Dari Rp 12,51 Miliar total Dana Pihak Ketiga (DPK) maka 74,02 persennya bersumber dari dana tabungan. Langkah ini kita ambil sebagai upaya untuk menekan beban bunga,” ujar Tri Joni Putra.

Capaian Dana Pihak Ketiga (DPK) ini berbanding lurus dengan beban bunga. Beban bunga kontraktual yang mesti dipikul PT BPR VII Koto sepanjang tahun 2022 tercatat sebanyak Rp 472 juta. Realisasi beban bunga ini menurun dibandingkan beban bunga tahun 2021 yang lalu.

Baca Juga:  Camat Baru Harus Lebih Baik

Kredit dan Pendapatan

Sedikit berbeda dengan tresurry, realisasi Kredit PT BPR VII Koto sepanjang tahun 2022 masih mampu menghasilkan pertumbuhan pertumbuhan. Hingga 31 Desember 2022 tercatat total kredit yang mampu disalurkan sebanyak Rp 10,17 Miliar atau tumbuh sebesar 1,90 persen di bandingkan realisasi Kredit tahun 2021 lalu yang tercapai diangka Rp 9,98 Miliar.

Sementara itu pendapatan bunga tercatat sebanyak Rp 2,3 Miliar dan pendapatan lainnya sebanyak Rp 170 juta. “Secara akumulasi total pendapatan yang mampu dibukukan tercatat sebesar Rp 2,40 Miliar”, ujar Tri Joni Putra.

Tingkatkan Kualitas Aktiva Produktif

Selain terus meingkatkan realisasi Asset, Tresurry dan Kredit manajemen PT BPR VII Koto tahun buku 2023 menitik beratkan kinerjanya pada peningkatan kualitas aktiva produktif (KAP).

“Ada beberapa titik fokus utama yang akan dimaksimalkan tahun 2023 ini. Di antaranya peningkatan kualitas kredit sambil terus meningkatkan realisasi kredit. Kita targetkan tahun 2023 ini realisasi kredit tumbuh double digit dan ratio kredit bermasalah Non Perfomance Loan (NPL) berada di bawah 3,5 persen. Langkah ini sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan laba,” ujar Jon.

Selain meningkatkan kualitas kredit, pengendalian biaya juga mutlak harus dilakukan. Realisasi ratio Biaya Operasional berbanding Pendapatan Operasional (BOPO) mestilah terus ditekan. Ini akan kita lakukan secara bertahap. Tahun 2023 ini ditargetkan ratio BOPO bisa berada di bawah angka 95 persen. Sasaran akhirnya tetap sama demi menjaga besaran pendapatan dan laba bersih usaha.

“Beberapa target ini sudah kita tuangkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) dan juga sudah disepakati bersama pemegang saham dalam RUPS pertanggungjawaban tahun buku 2022. Agar apa yang sudah kita rencanakan bersama ini berjalan dengan baik maka kami membutuhkan dukungan semua pihak. Baik nasabah, pemilik termasuk seluruh team work,” tukas Tri Joni Putra.

Dari data yang dimiliki Harian Pagi Padang Ekspres, PT BPR VII Koto merupakan salah satu BPR yang melaksanakan merger dua tahun yang lalu. BPR ini merupakan penggabungan dua BPR dengan wilayah operasional Kabupaten Padangariaman. Bergabungnya dua BPR ini merupakan langkah strategis yang diambil dalam upaya penguatan fundamental usaha. Maksudnya peningkatan modal usaha untuk melakukan ekspansi usaha di masa mendatang.***