Pengemasan maggot harus dilakukan dengan baik agar kandungan protein dan lemak di dalam maggot tidak mudah teroksidasi atau tidak mudah rusak.
Hal itu dikatakan Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Unand) Cesar Welya Refdi kepada Padang Ekspres, Kamis (9/12).
Welya menjelaskan, setelah melalui proses pengeringan, maggot memiliki kadar air yang relatif rendah sehingga memiliki batas simpan yang relatif panjang.
Namun maggot memiliki kandungan protein dan lemak. Protein dan lemak ini muda sangat mudah rusak jika terkena panas atau udara yang berlebihan.
“Nah makanya perlu pengemasan yang baik, agar kandungan protein dan lemak maggot tidak mudah teroksidasi. Ketika diberi untuk pakan ternak bisa tetap meningkatkan pertumbuhan ternak,” ujar Welya.
Welya menjelaskan, cara pengemasan maggot yang baik dilakukan dengan kombinasi aluminium foil, kertas dan plastik. “Paling luar kertas, di dalamnya plastik, dan aluminium foil. Jadi tiga lapis,” sebut Welya.
Di sisi lain, pengemasan maggot juga harus dilakukan dengan alat continuous band sealer. Alat ini efektif untuk mempermudah proses pengemasan dan meningkatkan proses produksi dibanding alat hand sealer.
Startup Larvaeco bekerjasama dengan Bank Sampah Sahabat Alam di Kampung Apar Kota Pariaman menjadi salah satu startup produsen maggot di Sumbar yang telah melakukan pengemasan maggot sesuai standar.
Startup ini merupakan binaan Inkubator Bisnis Teknologi (Inbistek) Unand. Selain itu juga mendapat bantuan pendanaan dan pembinaan dari Program Berkelanjutan Unand untuk membantu usaha berkembang.
“Jadi Larvaeco, untuk pengemasan, sudah sesuasi standar. Pengemasan sesuai standar, selain memperpanjang batas simpan sebenarnya juga meningkatkan nilai jual,” kata Welya. (idr)