
Pengelolaan sampah harus dimulai dari hulu sampai ke hilir. Maksudnya bagaimana mengurangi sampah dari sumbernya. Sampah itu harus diurus dari hulunya yaitu dari sumber dampak. Sehingga sampah bisa berkurang di Kota Padang.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang Mairizon saat Diseminasi Informasi Publik yang digelar Diskominfo Padang di Media Center Balaikota Aiepacah, Rabu (22/9).
Dilanjutkan, DLH Padang melakukan pembinaan program pengelolaan pengurangan sampah dengan membentuk bank-bank sampah. Tujuannya bagaimana sampah-sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tidak semuanya sampah ke TPS. Karena kalau sudah sampah ke TPS itu hilirnya.
Kemudian menerbitkan Perwako No. 120 Tahun 2021, tentang bagaimana supermarket atau mal memberikan kontribusi terhadap sampah yang dihasilkan masyarakat yang notabene berasal dari supermarket mereka.
“Sampah-sampah seperti sampah saset, bungkus air mineral, sampah minyak goreng dan lainnya bisa dikurangi agar tidak sampah ke TPS. Di sanalah peran dari bank sampah atau perajin untuk menjadikan barang-barang tersebut bernilai guna,” ujarnya.
Namun, permasalahannya selama ini bank sampah yang menghasilkan barang hasil guna (daur ulang) kesulitan memasarkan produk-produk tersebut. Akhirnya mereka terpaksa mendatangi personal atau kantor-kantor untuk menjual produk tersebut.
Kemudian masalah harga jual barang daur ulang yang lebih mahal dari barang konvensional, sehingga pemasaran barang daur ulang sering tidak jalan.
“Jadi melalui Perwako No. 120 Tahun 2021 itu kita menetapkan dan memberikan kewajiban kepada supermarket atau mal untuk menyediakan tempat penjualan bagi pendaur ulang. Dan itu sudah kita lakukan,” jelasnya.
Sementara untuk proses di hilir, sampah yang sudah terlanjur ada di lingkungan, selama ini di Kota Padang, ada 3 pola pengelolaan di TPS. Pertama ada kontainernya, kedua ditumpuk di tempat yang tidak jelas yang kemudian diangkat dengan truk dan ketiga ada bak sampah batu.
“Ini yang akan kami hilangkan secara bertahap. Karena bak batu itu kalau dibiarkan pasti akan selalu ada sampah dan itu terus berulang. Jadi tidak efisien karena akan memperlambat kerja kawan-kawan di lapangan,” tuturnya.
Bak batu ini sudah 2 yang dihilangkan dan diganti dengan kontainer. Yakni bak batu di kawasan Ganting dan Sawahan. “Target saya ke depan bak batu di dekat SPBU Sawahan, dan sekarang kita lagi menunggu kontainer yang sedang dibuat,” sebutnya.
Ia menambahkan, pihaknya masih kekurangan 59 kontainer, namun secara bertahap akan segera dipenuhi agar semua bak batu di Kota Padang ini bisa segera diganti dengan kontainer.
Kemudian masih di hilir lagi, DLH memiliki kubus apung yang dipasang di bawah jembatan Rasuna Said serta juga perangkat sampah. “Tahun sekarang kita dapat bantuan 16 perangkap sampah dari LSM Pangea. Saat ini dalam tahap pengerjaan. Perangkap sampah ini sangat efektif untuk menangkap sampah yang berasal dari saluran terbuka di masyarakat,” jelasnya.
Kalau perangkap sampah ini bisa berjalan optimal maka semua sampah yang terlanjur dibuang oleh masyarakat ke selokan, sungai dan saluran air lainnya yang muaranya ke laut itu bisa berkurang.
Dikatakan, dari evaluasi selama ini untuk kubus apung di Rasuna Said, minimal bisa dapat 20 keranjang sampah dalam satu hari. Untuk penangkapan di muara dengan kapal bantuan minimal ada 10 keranjang.
Sedangkan untuk perangkap sampah yang telah dipasang oleh LSM Pangea, kondisi normal kalau tidak hujan bisa sampai 5-10 keranjang. Kalau hari hujan sampai 20 keranjang. “Jadi ini posisinya di hilir, bagaimana kita mengelola sampah yang sudah terlanjur masuk ke lingkungan itu kita lakukan pengelolaan,” tambah Mairizon.
Maka dari itu, untuk penanganan sampah dibutuhkan kontribusi dan peran serta masyarakat. “Masyarakat harus berperan dari sejak awal. Pengelolaan sampah dari hulu ke hilir butuh peran serta masyarakat. Dengan begitu kita berharap dapat mengurangi sampah di Kota Padang,” harapnya. (eri)