
Dinas Pertanian (Distan) Kota Padang meninjau kondisi irigasi sawah yang berada di Sungai Pisang, Kecamatan Bungus Teluk Kabung (Bungtekab) pascarusak atau jebol akibat terjangan banjir pada tahun 2020 lalu. Akibatnya, sawah sudah tidak digarap selama 4 kali musim tanam.
Kepala Distan Kota Padang, Syahrial Kamat kepada Padang Ekspres, kemarin (23/9) mengatakan, irigasi yang mengairi sawah di Sungai Pisang tersebut sebenarnya sudah dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Sumbar.
Namun beberapa waktu yang lalu terjadi bencana banjir besar yang membuat irigasi jebol di hulu irigasi atau sungai dan berdampak terhadap penurunan volume air di irigasi sehingga tidak mengairi sawah warga.
“Irigasi di sana itu mengairi seluas 80 sampai 100 hektare sawah. Nah irigasi itu yang jebol dan membuat sawah tidak bisa digarap selama 4 kali musim tanam,” kata Syahrial.
Setelah jebolnya irigasi tersebut kemudian diperbaiki menggunakan dana dari kas nagari sekitar Rp 200 juta. Namun perbaikan itu belum maksimal karena anggaran masih kurang.
“Jadi irigasi itu masih butuh batu bronjong untuk menahan arus banjir dengan volume yang besar. Dengan batu bronjong diharapkan nanti irigasi itu akan kuat dan maksimal mengairi sawah warga,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini ada beberapa titik di irigasi tersebut yang masih bocor dan sedikit mengurangi jumlah air yang sampai ke sawah warga. Langkah yang akan diambil nantinya adalah pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kota Padang.
Namun secara umum kondisi irigasi di Sungai Pisang itu masih bisa mengairi sawah warga. “Kami datang ke Sungai Pisang tersebut karena permintaan dari petani di sana,” katanya.
Kemudian pihaknya juga meminta kepada warga atau kelompok tani di sana untuk mengumpulkan atau menyumbangkan uang untuk dimasukkan ke dana kas nagari ketika musim panen tiba sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kebocoran pada irigasi, bisa ditanggulangi.
Selain itu Syahrial juga mengimbau kepada warga di sekitar irigasi untuk menanam bambu di pinggir sungai dan irigasi untuk mencegah terjadinya erosi atau pengikisan tanah di pinggir sungai yang menjadi hulu dari irigasi tersebut.
“Tapi memang yang lebih tepat itu dibangun dulu batu bronjong baru ditanam bambu di pinggir sungai atau irigasi karena kondisi di hulu sungai ada yang rawan pengikisan tanah,” jelas Syahrial.
Ia menambahkan, di beberapa titik lokasi masyarakat sudah menanam bambu dan terbukti bisa meminimalisir terjadinya pengikisan tanah atau erosi di pinggir sungai. Ke depan pihaknya mengimbau agar kegiatan itu terus ditingkatkan. (adt)