Ajarkan Permainan Tradisional di Sekolah

297
GEMBIRA: Anak-anak SD tengah bermain roda-roda di sekolah. Pemko Pariaman mulai memperkenalkan permainan tradisional ke murid.(IST)

Upaya melestarikan permainan tradisional terus dilakukan. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Pariaman mengimbau kepsek mengajarkan dan mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak didik mereka.

”Hal ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikan permainan tradisional supaya tetap ada dan dikenal oleh anak-anak,” ujar Sekretaris Diknas Pariaman Hertati Taher kepada Padang Ekspres diruang kerjanya, kemarin.

Selain itu permainan tradisional ini juga bisa mengurangi keterikatan mereka seharian dalam bermain gadget, dan memupuk kembali adanya rasa kebersamaan dalam diri mereka, serta mempunyai sikap toleransi antar sesama.

Salah satu sekolah yang telah melaksanakan yakni SDN 4 Desa Batang Tajongkek Kecamatan Pariaman Selatan.  Sekolah yang dikepalai oleh Afdhal Fuady ini sudah memulai kegiatan tersebut diawal tahun 2022 sebagai pelajaran ekstrakurikuler anak didik mereka di sekolah.

Afdhal mengungkapkan sangat penting sekali memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak didik. Apalagi di era digital saat ini, dengan tujuan untuk menjalin kembali kebersamaan di antara mereka tanpa adanya embel-embel gadget yang menghalanginya.

”Untuk minggu pertama ini kami mengenalkan permainan tradisional badia batuang dan ular naga kepada mereka. Mereka sangat antusias sekali mempelajari dan mencoba untuk memainkannya,” ujar Afdhal.

Baca Juga:  Genius Umar Punya Andil Pertahankan Status BIM sebagai Bandara Internasional

Badia batuang adalah sebuah permainan yang terbuat dari potongan bambu yang diberi lubang di tengah-tengahnya dan ujungnya. Kemudian diberi minyak tanah dan sumbu, kemudian disulut dengan api agar mengeluarkan bunyi dentuman yang keras seperti dentuman meriam yang ditembakan. Permainan ini sering diadakan selama Ramadhan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Kemudian untuk permainan ular naga, anak-anak memainkannya secara berkelompok.  Permainan ini terdiri dari dua orang yang bertugas sebagai pintu gerbang untuk menangkap naga-naga yang dilalui oleh induk dan anak-anak naga.

Afdhal menjelaskan bahwa permainan tradisional yang mereka kenalkan ke siswa bukan hanya dua permainan ini saja, akan tetapi banyak lagi permainan tradisional yang akan mereka kenalkan ke siswa, seperti permainan gasiang, congklak, gundu batu, kelereng, enggrang, karet tali, cabur.

“Jadi anak didik kami selain hari minggu, mereka juga bisa memainkannya di jam istirahat atau di jam olahraga di sekolah, karena untuk semua jenis permainan tersebut sudah kami fasilitasi dengan menggunakan dana BOS,” tegas Afdhal. (nia)