
Curah hujan tinggi yang terjadi sejak Sabtu (27/3) hingga Minggu (28/3) mengakibatkan bencana terjadi di sejumlah daerah. Di Kabupaten Pasaman, seluas 10 hektare lahan pertanian milik warga tepatnya di Kotonopan, Kecamatan Rao Utara, rusak dan gagal panen akibat dihantam banjir bandang, Sabtu (27/3) malam. Selain areal pertanian, 3 unit jembatan gantung juga mengalami kerusakan dihondoh banjir.
“Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Rao Utara sejak Sabtu pagi mengakibatkan sungai meluap hingga menyapu bersih persawahan milik warga di Jorong l, ll dan lll Kenagarian Kotanopan Kecamatan Rao Utara Pasaman. Sekitar 10 hektare sawah siap panen milik warga habis disapu banjir, otomatis warga saat ini gagal panen,” kata Fajar, salah satu Pemuda Kotonopan.
Ia menjelaskan, selain merusak areal persawahan milik warga, tiga unit jembatan gantung juga terputus total. “Jembatan tersebut merupakan jembatan menuju areal persawahan dan perkebunan warga,” ungkapnya.
Dikatakannya, masyarakat berharap bupati dan wakil bupati Pasaman diminta segera meninjau lokasi banjir, agar ada perhatian serius pemerintah daerah dalam menangani banjir bandang tersebut.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Pasaman, Afrianto mengatakan, pihaknya bersama Wakil Bupati Pasaman Sabar AS dan Kepala Dinas Pangan dan Pekerjaan Umum sudah meninjau lokasi banjir dan mendata areal persawahan yang rusak. ”Informasi sementara yang dihimpun dari petugas PLL dan para kelompok tani di daerah itu, sekitar 10 hektare sawah milik warga habis disapu banjir,” katanya.
Upaya pemerintah dalam membantu warga yang terdampak musibah yakni menyediakan pasokan pangan nantinya.“Warga terdampak musibah dibantu logistik,” pungkasnya.
Longsor Tutup Ruas Jalan Sirukam-Simanau.
Sementara itu, longsor kembali memutus akses dari Nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki menuju ke Nagari Simanau Kecamatan Tigo Lurah, Minggu (28/3). Longsor tepatnya terjadi di Simpang Silanjai Nagari Sirukam itu, dipicu akibat hujan deras.
“Selain memutus akses transportasi dari kedua daerah ini, longsor juga membuat beberapa kendaraan roda dua dan roda empat sempat terjebak karena tak bisa berputar arah,” kata Pj Sekretaris Nagari Simanau Masrianto, Minggu (28/3).
Ia menyebut, longsor tersebut terjadi sekira pukul 16.30 Wib. Pasalnya, sebelumnya kendaraan masih bisa melintasi kawasan itu. Namun setelah diguyur hujan deras, beberapa titik di ruas jalan tersebut mengalami longsor dan menimbun badan jalan.
Selain longsor, ada beberapa titik di ruas jalan ini yang mengalami terban, sehingga dikhawatirkan akan mengancam keselamatan warga yang melintas.“Sekitar pukul 18.30 tadi, jalur tersebut sudah bisa dilewati, setelah masyarakat gotong royong membersihkan material tanah yang menutup badan jalan tersebut secara manual,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Dinas PUPR kabupaten Solok Syaiful membenarkan kejadian itu. Ia menyebutkan, lokasi longsor lebih dekat ke nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki. Sementara alat berat milik Dinas PUPR kabupaten Solok masih bekerja di nagari Simanau yang juga terkena longsor beberapa waktu lalu.
“Sampai saat ini alat berat milik Dinas PUPR Kabupaten Solok masih bekerja membersihkan material longsor di beberapa titik di nagari Simanau,” terangnya.
Untuk diketahui, nagari-nagari yang ada di Kecamatan Tigo Lurah termasuk dalam kawasan terisolir, karena daerah yang terletak di pedalaman Kabupaten Solok itu minim akan infrastruktur, mulai dari belum meratanya listrik, terbatasnya jaringan telekomunikasi, dan jalan.
Khusus jalan, sudah menjadi cerita lama di kecamatan tersebut, berkali-kali masyarakat mendengar janji-janji para pejabat, namun hingga Kabupaten Solok berumur 106, hanya sedikit bagian nagari yang mempunyai jalan yang layak.
Di saat nagari-nagari lain di Kabupaten Solok berpacu menjadi nagari maju, nagari di kawasan pedalaman Solok tersebut masih berjuang melawan keterbatasan, baik akses jalan maupun sarana lainnya sangat memprihatinkan.
Camat Tigo Lurah, Sarmaini menyebut pihaknya tak akan henti-hentinya berjuang menyampaikan aspirasi masyarakat ke pemerintah aerah, menyikapi sulitnya infrastuktur jalan di Tigo Lurah, ia selalu berkomunikasi dengan pemkab maupun DPRD Kabupaten Solok.
Menurutnya saat ini yang menjadi kendala utama menuju ke Tigo Lurah yakni apabila musim hujan maka jalan akan terlihat becek seperti kubangan kerbau. Di samping itu semak belukar juga sudah menjorok ke kiri kanan jalan.
“Yang kami cemaskan, jika ada pengendara yang kebanyakan anak sekolah bila mengalami kecelakaan tidak ada yang tahu,” ujarnya. Tapi, ada beberapa kawasan yang terikat dengan undang-undang hutan lindung, sehingga pembangunan yang dulu direncanakan batal terwujud, dan saat ini pihaknya dengan dinas terkait masih berusaha memperjuangkan pembangunan di daerah terisolir tersebut.
“Kita usahakan secara bersama-sama, tahun lalu yang paling vital yakni jembatan penghubung nagari di Sumiso sudah kita bangun, semoga tahun ini kita bisa melanjutkannya di Nagari lain di Tigo Lurah,” pungkasnya. (l/f)