Direktur Politani Payakumbuh, Ubah Struktur Tanpa Nyawa Jadi ”Organisme Hidup”

95
APRESIASI: Direktur Politani Payakumbuh Jhon Nefri menyerahkan penghargaan kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Kementerian Pertanian Husnain, dalam Dies Natalis ke-34 Politani Payakumbuh, Senin (6/2) lalu.(FAJAR RILLAH VESKY/PADEK)

“Suatu lembaga yang benar-benar hidup, bukan hanya terdiri dari sebuah kerangka organisasi. Tetapi merupakan suatu proses tertentu dikalangan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Yakni, suatu rasa turut memiliki, saling percaya satu sama lain, dan suatu perasaan identifikasi diri, dengan lembaga di mana tempatnya berada.”

UNGKAPAN di atas ditulis oleh Roland Bunch, penerima penghargaan pangan dunia, sekaligus konsultan pertanian berkelanjutan. Ungkapan Roland Bunch itu pula yang dikutip Ir John Nefri MSi, Direktur Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Payakumbuh, saat perguruan tinggi vokasi yang dipimpinnya, menggelar Dies Natalis atau peringatan hari lahir ke-34 tahun Senin pagi (6/3).

Menurut Jhon Nefri, peringatan 34 tahun Politani Payakumbuh bukanlah sekadar seremonial belaka. Tapi momentum melakukan evaluasi diri. Baik itu evaluasi terhadap kinerja individu maupun evaluasi terhadap kinerja lembaga.

“Marilah kita mengambil momentum ini untuk merenungkan sejenak tentang lembaga kita. Bagaimana kita membangun lembaga ini menjadi lebih baik. Setiap kali ada tugas yang perlu dikerjakan, seyogyanya kita beramai ramai mengangkat tangan, bukannya menggeleng kepala sambil saling mengharapkan satu sama lain,” ujar Jhon Nefri.

Direktur ke-8 dalam sejarah Politani Payakumbuh ini mengajak segenap civitas akademika di kampusnya belajar mengambil keputusan bersama secara kolektif. Bagaimana menerima dan memberi kritik yang konstruktif. Bagaimana mengatur sumberdaya, mengelola program dan kegiatan berbasiskan kompetensi, dan bagaimana menghargai sebuah prestasi.

“Kita harus mengubah lembaga kita dari kerangka struktur tanpa nyawa menjadi “organisme hidup” yang berfungsi dan bergerak memberikan pelayanan. Kita harus membuka ruang partisipasi yang konstruktif serta dinamis dalam mencapai tujuan. Tidak sekadar omongan yang menyandarkan semua persoalan dibebankan ke pimpinan,” ujar Jhon Nefri.

Alumnus Fakultas Pertanian Unand ini mengajak semua civitas akademika di Politani Payakumbuh membangun hubungan yang penuh rasa saling percaya dan lingkungan yang penuh kepedulian. Dimana orang-orang saling peduli terhadap kesejahteraan, masa depan, dan keberhasilan bersama.

“Kita juga harus meningkatkan kepekaan terhadap Iingkungan sosial dan alam di sekitarnya. Membiasakan diri untuk melihat masalah di lingkungan kita dalam perspektif yang lebih luas dan dari banyak banyak perspektif, termasuk dari perspektif orang yang berbeda pendapat. Mari kita bangun Empati sebagai sikap dasar dari orang-orang yang bekerja di lingkungan seperti ini,” ujar Jhon Nefri.

Baca Juga:  Curi Motor di Balaipanjang, Residivis Digaruk

Sebelum menyampaikan harapannya, Jhon Nefri sempat bercerita tentang sejarah Politeknik di Indonesia. Dia menyebut, Politeknik sebagai lembaga pendidikan, pertama kali masuk ke dalam sistem pendidikan di Indonesia pada 6 Desember 1973, dengan didirikannya Politeknik Mekanik di ITB yang merupakan kerja sama Pemerintahan Republik Indonesia dengan Pemerintahan Republik Konfederasi Swiss.

Khusus Politeknik Bidang Pertanian, mulai dikembangkan berdasarkan Loan Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia dan Asia Development Bank (ADB) yang dibuat 11 Januari 1984. Loan Agreement ini ditindaklanjuti oleh Direktorat Dikti melalui Keputusan Dirjen Dikti Nomor 14/DIKTI/Kep/1984 tentang Pembentukan 6 Politeknik Pertanian dan 1 Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian.

“Secara teknis, pengembangan Politeknik Pertanian didukung oleh kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah New Zealand. Khusus Pembangunan Politeknik Pertanian di Kabupaten Limapuluh Kota, dimulai tahun 1986 dengan nama Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Kampus ini, memulai kuliah perdananya, 34 tahun lalu. Tepatnya, Senin, 6 Februari 1989,” kata Jhon Nefri.

Saat memulai kuliah perdana pada tahun 1989 itu, Politani Payakumbuh yang kala itu masih bernama Politenik Pertanian Unand, baru terdiri memiliki 3 Jurusan dan 5 Program Studi. Kemudian, pada tahun 2014, setelah dilepas Unand dengan “restu” dari Mendikbud dan Menristekdikti, Politani Payakumbuh akhirnya menjadi perguan tinggi vokasi yang terus menambah jumlah jurusan dan program studi.

“Dari tahun ke tahun, Politani Payakumbuh terus berusaha mengembangkan diri. Pada tahun 2020, Poliani mendapat izin pembukaan 4 prodi baru. Sehingga secara keseluruhan progam studi di lingkungan Politani berjumlah 15 Program Studi,” kata Jhon Nefri.

Selain 15 Program Studi tersebut, Politani Payakumbuh juga pernah mendapat izin menyelenggarakan Program Studi di Luar Domisili (PDD) Akademi Komunitas Negeri (AKN) di 3 (tiga) daerah Kab/Kota. Yakni, Nias Utara, Aceh Barat Jaya, dan Pidie Utara.

“Sampai akhir tahun 2022, jumlah mahasiswa aktif dari 15 Prodi yang ada di Politani Payakumbuh tercatat 1925 orang, Staf Pengajar 202 orang. Diantaranya 25 orang Doktor serta didukung oleh 62 Tenaga Pranata Laboratorium Pendidikan, 102 orang Tenaga Administrasi dan 145 orang tenaga non ASN. Saat ini kita telah menghasilkan 7655 orang alumni,” kata Jhon Nefri. (***)