Delapan Aksi Untuk Penurunan Stunting

PENANGANAN: Sekko Sawahlunto Ambun Kadri memaparkan langkah-langkah strategis yang telah dilakukan Pemko Sawahlunto untuk menekan angka prevalensi stunting, Sabtu (27/5).(IST)

Pemko Sawahlunto ikuti proses Penilaian Kinerja (PK) tingkat Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dengan mengusung tema Penanganan Stunting, Sabtu (27/5).

Dalam penilaian tersebut, Sekko Sawahlunto Ambun Kadri menyampaikan ekspose tentang program-program yang telah dilaksanakan Pemko Sawahlunto. Khususnya terkait delapan aksi konvergensi penurunan prevalensi stunting.

Langkah Pemko Sawahlunto untuk menurunkan prevalensi stunting fokus pada pencegahan munculnya risiko stunting dengan melakukan pendekatan dari hulu. Dalam hal ini penanganan dimulai dari kalangan calon pengantin.

Kemudian pendampingan semakin intensif pada kalangan ibu hamil sampai melahirkan. Ini dilakukan secara terpadu dengan melibatkan seluruh perangkat daerah, termasuk instansi vertikal dan para tokoh masyarakat.

“Intinya, mendorong seluruh perangkat daerah untuk bahu-membahu mendukung program Dinas Kesehatan dalam merealisasikan delapan aksi konvergensi penurunan prevalensi stunting,” ujarnya.

Untuk pencapaian penurunan prevalensi stunting, Kota Sawahlunto tahun 2022 tercatat sebagai kota dengan prevalensi stunting paling rendah di Sumbar. Yaitu berada pada angka 13,7 persen. Ini membuktikan bahwa Sawahlunto cukup serius dalam memberantas stunting.

Baca Juga:  Stunting di Labuah Panjang, Semen Padang Bersama IIP BUMN Sumbar & FKIK SP Salurkan PMT

“Bagaimana langkah-langkah dalam menurunkan prevalensi stunting, itulah yang kita jelaskan pada tim penilai provinsi,” jelas Ambun Kadri.

Selain itu, Pemko Sawahlunto juga mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti ekonomi, pendidikan, dan sosial yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

Maka itu Pemko Sawahlunto terus mendorong segenap perangkat daerah untuk bahu membahu mendukung program Dinas Kesehatan dalam merealisasikan delapan aksi konvergensi penurunan prevalensi stunting di tengah-tengah masyarakat.

Tanpa adanya kolaborasi, proses penanganan stunting akan berjalan lambat. Sehingga angka stunting nantinya bukan tidak mungkin bisa bergerak naik di Kota Sawahlunto. Kendati itu hanya berupa memberikan edukasi pada warga di sela-sela kegiatan/acara, atau betsifat mengingatkan lewat brosur, spanduk.  (atn)