Belasan warga yang tergabung ke dalam kelompok Jamaah Surau Calau, Jorong Subarangsukam, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung gelar makan bersama, Rabu (8/3).
Kegiatan tersebut sebuah kearifan lokal yang telah berlangsung secara turun-temurun sekaitan menghadapi masuknya Ramadhan. Oleh masyarakat setempat dinamai dengan ritual pembukaan sumbayang (shalat) empat puluh.
Ibadah ini bertempat di Surau Tenggih Calau, Jorong Subarang Sukam, Nagari Muaro. Yakni sebuah pusat pengajian peninggalan seorang ulama besar (terkemuka) Syekh Abdul Wahab, atau oleh kalangan penganut ajaran tasawuf se-Sumbar dikenal dengan nama Syekh Calau.
Bekal makanan mulai dari nasi, lauk, hingga berbagai penganan/lalapan selingan yang tersaji seluruhnya dibawa dari rumah oleh kaum ibu-ibu. Dibawa menggunakan rantang, baki, atau talam. Kemudian makan bersama dikoordinir langsung seorang guru di surau tersebut.
Khalifah sekaligus menjadi Imam Surau Tenggih Calau, Buya Umar SL Tongku Mudo menuturkan, hajatan makan bersama tersebut merupakan sebuah tradisi khas yang rutin digelar setiap tahunnya. Jadwalnya yakni menjelang masuknya Ramadhan.
Puasa tinggal menghitung hari, dijadwalkan minggu keempat Maret 2023. “Acara ini rutin digelar tiap tahunnya, persisnya menjelang datangnya bulan puasa,” ujar Umar SL Tongku Mudo.
Lebih lanjut diungkapkannya makan bersama itu adalah wujud syukur pada Allah SWT sekaligus pemanjatan doa agar dimudahkan segala urusan dalam menjalani Ramadhan nantinya. Terutama terkait pelaksanaan ibadah puasa dan Shalat Tarawih berjamaah pada malam harinya.
Dimana selama empat puluh hari, para jamaah Surau Tenggih Calau akan fokus menunaikan ibadah di Surau Tenggih, oleh warga masyarakat disebut sumbayang empat puluh. Selama empat puluh hari itu pula jamaah akan menetap di surau, dan baru akan kembali pulang pada saat Idul Fitri.
Dikatakan Buya Umar SL selain menunaikan shalat wajib lima waktu, para jamaah juga fokus menunaikan ibadah-ibadah sunat, diiringi zikir, tahlil, tahmid, dan shalawat nabi. Rata-rata para jamaah adalah kalangan usia lanjut, ditambah beberapa orang usia muda.
Pada saat menjelang masuk waktu berbuka, masing-masing pihak keluarga jamaah mengantarkan perbekalan makanan berbuka, berikut untuk makan sahur. Kemudian rantang akan kembali dijemput pagi harinya.
“Bagi warga masyarakat hal ini sudah lazim, serta sudah berlangsung semenjak puluhan bahkan ratusan tahun silam. Sebahagian kalangan ada juga menyebutnya dengan istilah Basuluk,” jelas Buya Umar.
Sekaitan menghadapi Ramadhan, Buya Umar SL selaku Kalifah Calau mengimbau seluruh lapisan masyarakat dapat mempersiapkan diri secara maksimal. (atn)