
Dalam rangka silaturrahmi dan pelestarian silek, puluhan tuo-tuo (tetua) silek dan anak muda pecinta di Solok, berkumpul di Perguruan Silek Sisinga Barantai Al Hikmah Kelurahan VI Suku, dalam kegiatan Arisan Silek Tuo se-Solok, Sabtu (18/9).
Lebih kurang ada 17 sasaran (perguruan) silek yang datang dalam kegiatan itu. Setiap sasaran melengkapi kesakralan acar dengan unjuk kemampuan silek sesuai aliran masing-masing.
“Seni tradisi merupakan bagian dari identitas masyarakat Minang yang harus kita jaga dan lestarikan, silek khususnya harus senantiasa diwariskan kepada generasi muda,” ujar Wakil Wali Kota Solok Ramadhani Kirana Putra yang turut hadir dalam acara tersebut.
Dia menyebut, pihaknya optimis akan kelestarian seni beladiri warisan menjadi kebanggaan, sebab cukup banyaknya anak muda yang ikut andil saat arisan Silek Tuo.
Menurutnya, banyak nilai-nilai dan falsafah pengajaran hidup yang ada dalam seni Silek Minang. Hal itu tentunya diajarkan oleh tuo silek di sasaran masing-masing.
Diharapkannya, dengan semakin seringnya silaturahmi silek Tuo, akan semakin memotivasi anak muda untuk lebih mencintai beladiri tradisi. Sekaligus membantu pemerintah menanamkan nilai budaya pada generasi muda.
“Kita Pemerintah Kota Solok akan senantiasa mendukung seluruh kegiatan seni tradisi yang ada di Kota Solok, baik itu seni beladiri, seni budaya dan bentuk lainnya,” tutupnya.
Salah seorang tuo Silek, yang juga anggota DPRD Sumbar, Daswippetra mengatakan, dirinya sudah berkeliling Provinsi Sumatera Barat melihat perguruan pencak silat, dan yang membanggakan, satu-satunya di Kota Solok arisan pencak silat yang rutin dilakukan.
Generasi muda pencak silat Kota Solok merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan guru-guru silat di Kota Solok . “Semoga kedepan, sinergi antara Pemko Solok dan Pemprov Sumbar akan semakin baik, terutama dalam memajukan pencak silat di Kota Solok,” jelasnya.
Ia menjelaskan, secara umum, memang ketertarikan masyarakat terhadap silek, khususnya anak muda ada kecendrungan berkurang dibanding zaman dulu, sebab pilihan seni beladiri sekarang sudah banyak, bahkan ada yang berorientasi kepada kompetisi seperti karate, gulat, taekwondo dan lain sebagainya.
Silek tradisi Minangkabau memiliki orientasi tentang keseimbangan hidup, yang artinya bukan sekadar ilmu beladiri, tetapi ada nilai karakteristik pandeka minang di dalamnya.
Banyak hal yang terkandung, bukan hanya perkara menang kalah, tapi lebih jauh dari itu, salah satunya mengontrol sikap, sifat dan perbuatan agar tetap berada di jalan yang benar sesuai ketentuan Al Quran.
Dalam silek, disamping nilai seni dan olahraga, yang paling utama adalah kepribadian dan agama, bagaimana seorang pandeka harus menjadi panutan bagi lingkungan sekitar, itulah yang membedakan beladiri silek dengan yang lainnya. Sebab dalam silek, musuh terberat adalah diri sendiri.
Ketua LKAAM Kota Solok, Rusli Khatib Sulaiman mengaku sangat bangga dengan tingginya perhatian Pemko dan anggota DPRD terhadap pelestarian budaya dan seni tradisi.
“Alhamdulillah kita saat ini di Kota Solok masih rutin menggelar arisan silek tuo, ini tidak lepas dari dukungan pemko dan anggota dewan serta pihak lainnya yang sangat peduli dengan pelestarian seni tradisi Solok,”katanya.
Sudah saatnya setiap kelurahan di Kota Solok seharusnya memiliki sasaran silek seperti jaman dulu, apalagi pemuda, yang di Minangkabau sendiri disebut dengan paga nagari, yakni secara kasarnya adalah pembela nagari, untuk itu setiap tingkat kelurahan di Kota Solok harus memiliki sasaran silek, setidaknya untuk melestarikan budaya yang sudah turun-temurun tersebut.
“Kami harap pemerintah juga punya ide yang sama, karena dalam menjaga tradisi kita harus bersama-sama,” pungkasnya. (frk)