Wabah Covid-19 yang melanda setiap daerah saat ini membuat masyarakat Kabupaten Solok merasa resah dan khawatir. Pasalnya kondisi perekonomian semakin hari semakin memburuk. Bahkan para petani sayuran pun harus rela rugi karena turunnya harga sayur di pasar.
Salah seorang petani kubis, Hamdani, 38, di Alahanpanjang Kecamatan Lembahgumanti mengatakan, saat ini harga kubis di tingkat petani hanya berkisar Rp 500 per kilogram. Padahal, menurutnya dalam kondisi normal harga kubis masih berkisar Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kilogramnya.
Ia mengatakan, rendahnya harga kubis tersebut, menyebabkan petani mengalami kerugian karena hasil yang didapat tidak sebanding dengan biaya tanam yang dikeluarkan. Kubis yang sudah selayaknya dipanen terpaksa dibiarkan membusuk di ladang.
Selain itu, tambahnya, kondisi cuaca saat ini yang sering hujan juga berdampak terhadap tanaman kubis, karena tidak bisa bertahan lama dan cepat membusuk. Petani lainnya, Arkam, 36, mengatakan salah satu penyebab menurunnya harga kubis tersebut juga dampak pandemi Covid-19 yang membuat daya beli masyarakat berkurang sehingga permintaan pasar pun lesu.
Menurutnya, sejak April lalu, harga sayuran termasuk kubis mengalami tren penurunan harga terus menerus, bahkan setiap pekannya harga terus turun. “Biasanya sebelum pandemi Covid-19, penjualan kubis paling rendahnya Rp 150 ribu per karung dengan berat 50 kilogram. Namun sekarang turun drastis menjadi Rp 20 ribu saja per karungnya,” jelasnya.
Sejumlah sayuran lainnya juga mengalami penurunan harga seperti tomat turun manjadi Rp 1.500 per kilogram dari sebelumnya mencapai Rp3.000 per kilogramnya. Seperti yang dikatakan Erma, 41, pedagang cabai di kawasan Pasar Raya Solok, menyebutkan bahwa harga cabai saat ini Rp35 ribu per kilogram, naik dari harga sebelumnya Rp27 ribu per kilogramnya.
Sedangkan untuk harga bawang merah ukuran besar naik menjadi Rp 20 ribu yang sebelumnya hanya dijual Rp15 ribu per kilogram, dan bawang merah ukuran menengah sekarang Rp 16 ribu per kilogram, naik dari sebelumnya yang hanya Rp10 ribu per kilogramnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Si Is, mengatakan turunnya daya beli masyarakat berimbas pada keberadaan stok dan harga komoditas di pasaran. Selain itu, menurut dia murahnya harga holtikultura tersebut juga disebabkan karena meningkatnya jumlah ketersediaan di tingkat petani, sedangkan permintaannya rendah. (f)