
Berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung tidak lengkap rasanya jika tidak melihat tentang keberagaman budaya pakaian adat yang ada di istano. Keberagaman budaya inilah yang juga diimplementasi di Museum Terbuka Istano Pagaruyung karena pakaian adat merupakan indentitas asli masyarakat Minangkabau.
Tempat penyimpanan pakaian adat itu di lantai bawah istano. Walaupun dalam rencana awalnya tidak ada ide menyediakan pakaian adat itu, namun dalam perkembangan tidak lengkap rasanya jika pengunjung yang datang ke tidak memakai pakaian adat Minangkabau di istano.
Pakaian adat yang ada di istano tersebut tidak dikelola oleh pemerintah daerah tapi dikelola oleh dua organisasi masyarakat yakni Perkumpulan Fotografer dan Pakaian Adat Istano Pagaruyung dan Perkumpulan Pelaku Wisata Istano Pagaruyung (PPWIP).
Pengelolaan dilakukan secara bergantian dan dengan sendirinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu penyediaan pakaian adat itu sesuai aturan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui kerja sama dengan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanahdatar.
“Biaya sewa pakaian adat mulai dari Rp35 ribu sampai dengan Rp 75 ribu tergantung dari jenis pakaian adat yang dikenakan pengunjung,” ujar Ketua Pelaku Wisata Istano Pagaruyung, Delsi Fauri Andri.
Ia mengatakan, penyewaan pakaian adat Minangkabau itu sudah ada sejak tahun 1993. Saat itu masih proses pemotretannya masih foto amatir yang ada di Istano Basa Pagaruyung. Selain itu juga belum terkoordinir dengan baik.
Bahkan untuk mempromosikan istano dan pakaian adat Minang tersebut, juga berdasarkan usulan dan saran pengunjung. Karena saran dan usulan itu akhirnya timbul inisiatif melalui wadah organisasi untuk menyewakan berbagai pakaian adat Minangkabau dan masih bertahan sampai sekarang.
Sejak itulah pakaian adat itu disewakan dan lokasi penyewaan berada di lantai satu. Pascaterbakar 2007 dan diresmikan kembali pada tahun 2013, lokasi penyewaan pakaian adat hingga kini berada di lantai bawah.
Saat ini pakaian adat Minangkabau yang sifatnya pakaian adat tradisi asli Minangkabau ada empat yang disewakan. Yakni pakaian adat Sungayang, Pakaian adat Lintau, Pakaian Adat Koto Gadang dan Pakaian adat Solok.
Bahkan ada permintaan kepada pemerintah nagari untuk bisa menampilkan pakain adat di nagari masing-masing untuk disewakan. Contohnya pakaian adat Pakaian Magek namun mereka tidak mau memberikan dan menyewakan karena pakaian adat yang mereka miliki harus dipakai oleh anak nagarinya sendiri sehingga pihaknya tidak bisa meminta nagari lain untuk meminjamkan pakaian adat yang ada di masing masing nagari. Apalagi biaya pengadaan pakaian adat tersebut biayanya sangat mahal.
Sementara itu Ketua Bundo Kanduang Tanahdatar, Gusnawilis mengakui penyewaan pakaian adat di Istano Basa Pagaruyung sangat bagus. Ia mengapresiasi inisiatif dari pengelola pakaian adat, namun pemerintah daerah harus juga turut hadir dan ikut mendukung pihak pengelola termasuk membantu ketersediaan pakaian adat yang ada di Istano Basa Pagaruyung.
“Kita berharap pemakaian pakaian adat ini jangan sampai salah pemahaman oleh pengunjung. Walaupun mereka menyewa pakaian adat karena pakaian adat yang kita miliki, itu merupakan indentitas jadi diri kita sebagai orang Minang,” tuturnya.
Ia meminta Bupati Tanahdatar dan Ketua Tim Penggerak PKK Tanahdatar untuk bisa menampilkan pakaian adat masing-masing nagari di Kabupaten Tanahdatar. Karena masing masing nagari memiliki khas yang berbeda, minimal duplikat pakaian adat masing masing nagari saja, dan kemudian dibuatkan pajangan nama pakaian adat tersebut.
Termasuk dari berbagai kabupaten/kota di Sumatera Barat bahkan bila perlu disewakan namun kita tentu tetap memberikan kesempatan kepada pengelola yang ada di Istano Basa Pagaruyung untuk mengelola sehingga khas Tanahdatar bisa ditampilkan dan dilihat oleh pengunjung yang datang ke istano.
Selain itu katanya, juga perlu dilakukan pelatihan menjahit pakaian adat untuk generasi muda sehingga pakaian adat yang ada tetap bisa dipertahankan kelestariannya. (*)