Harga Kulit Manis Tinggi, Pencurian pun Marak

104
ilustrasi. (net)

Harga kulit manis di beberapa wilayah di Tanahdatar mulai menggeliat. Setidaknya, saat ini harga berkisar pada Rp70 ribu sampai Rp 75 ribu per kilogram. Namun petani malah resah karena maraknya aksi pencurian hasil alam tersebut.

Ilham, 27, salah seorang warga Tanjung Baru mengaku, memanfaatkan momen ini dengan menjadi toke musiman kulit manis. Dengan beranggotakan beberapa orang, ia membeli kulit manis dari warga setempat dengan cara di tongkong, kemudian kulit manis yang dibeli itu dijual ke pengepul.

Selain itu, Titin, 32, salah seorang pengepul kulit manis di Batusangkar mengatakan, harga kulit manis di tingkat pengepul naik rata-rata sebanyak Rp5000 rupiah per jenisnya. Untuk harga tertinggi kulit manis jenis super saat ini dihargai Rp 70 ribu jenis EC, Rp 30 ribu jenis KA, Rp 46 ribu jenis KB.“Itu harga tertinggi atau harga standar, kita bisa saja membeli dibawah harga itu tergantung dari kadar air kulit manis,” ujarnya.

Namun, seiring meningkatkan harga, muncul persoalan baru bagi petani kulit manis yakni maraknya aksi pencurian. Seperti yang terjadi di daerah Sungai Tarab dan Kecamatan Salimpaung. Warga setempat resah dengan maraknya aksi pencurian kulit manis dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga:  Melirik Kinerja PT BPR Balerong Bunta, Bukukan Aset Rp13,48 Miliar

Radianda Putra, 30, warga Mandailiang, Nagari Tabek Patah, Kecamatan Salimpaung mengatakan, maraknya pencurian kulit manis di daerah setempat. Dikarenakan tingginya harga kulit manis.

“Untuk harga kulit manis kering super ditingkat pengepul saat ini dikisaran Rp 70 ribu hingga Rp 75 ribu. Harga itu tergolong tinggi dibanding sebelumnya Dikisaran Rp 65 ribu saja,” katanya.

Pencurian kulit manis di Jorong Mandailiang terjadi di kebun milik warga setempat yang berada di atas bukit. Pencurian itu tidak saja di satu tempat tapi juga di kawasan lain bahkan di Kecamatan Sungai Tarab.

“Pengambilan kulit manis itu dilakukan dengan cara dikuliti di atas batang. Pokok kayunya masih ada tapi kulitnya sudah tidak ada lagi,” katanya.

Dia menyebutkan, sejak dua minggu terakhir aksi maling kulit manis dirasakan semakin marak, terutama di wilayahnya.  “Namun yang sering diincar adalah kulit manis yang berada jauh dari pemukiman, atau berada di perbukitan,” pungkasnya. (stg)