Ini Dia Pemicu Meluapnya Air Terjun Lembah Anai!! DAS Diduga Mulai Kritis

Air terjun Lembah Anai meluap.(IST)

Belakangan kasus meluapnya air terjun Lembah Anai menunjukkan intensitas tinggi. Kejadian yang kerap mengganggu kelancaran lalu lintas pengguna jalan tersebut, akibat tingginya intensitas hujan saat itu. Namun, pemicu meluapnya tidak selalu cuaca di kawasan sekitar. Namun, bisa juga akibat hujan di hulu sungai air terjun.

”Ini diakibatkan hujan lebat di sini atau hulu sungai, sekitaran kaki Gunung Singgalang atau Tandikek. Meski di sini tidak hujan, terkadang bisa saja debit air terjun besar seperti itu,” tekan Amril kemarin (14/6).

Terkait meluapnya arus sungai hingga menggenangi badan jalan itu, Amril menyebut, hanya dikarenakan adanya patahan batang pohon yang tersangkut di bawah jembatan. Meski kerap berbarengan dengan membesarnya debit air terjun, genangan di jalan tidak pernah berlangsung lama.

”Meski air terjun debitnya besar seperti terjadi dua hari lalu, namun terkadang hanya menggenangi sedikit badan jalan dan tidak mengganggu arus lalu lintas. Sementara kemarin (dua hari lalu, red) itu kenapa cukup tinggi genangannya? Karena ada patahan pohon yang terbawa air terjun dan tersangkut di bawah jembatan. Seiring menurunnya debit air setelah 30 menit, patahan pohon ikut terlepas dan hanyut,” ucap Amril.

Sebagaimana diberitakan kemarin, air terjun Lembah Anai meluber pada Senin (13/6). Dari pantauan Padang Ekspres, hingga pukul 16.00 sejumlah kendaraan masih memberanikan diri melintas di kawasan wisata tersebut.

Namun, debit air terjun terus meningkat pada pukul 17.00. Melihat hal tersebut, jajaran Satlantas Polres Padangpanjang pun menutup lalu lintas kendaraan secara total hingga sekitar 30 menit.

Terpisah, Kepala Divisi Kajian dan Hukum Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumbar Andre Bustamar menduga, tingginya debit air terjun Lembah Anai hingga melimpah ke badan karena adanya hutan yang gundul dan kualitas tangkapan air yang menurun. Kondisi ini menyebabkan daya tampung tidak sesuai dengan debit air yang keluar.

Menurutnya, hal ini juga disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Sehingga, tidak dapat ditahan oleh daerah aliran sungai (DAS) Lembah Anai.

”Di daerah tersebut ada beberapa tempat yang seharusnya menjadi daerah cagar alam, namun ada beberapa bukaan baru. Seperti daerah wisata baru ke arah air terjun proklamator dan juga banyak pembukaan di tepi sungai ataupun di daerah atasnya. Serta, adanya pembangunan vila-vila baru. Sehingga, sejak lama sudah mengurangi kualitas DAS tersebut,” ungkapnya.

Meskipun begitu, dia mengaskan, hal itu baru sebatas dugaan. Sebab, pihaknya sampai saat ini belum menerima data, terkait besarnya jumlah curah hujan di lokasi kejadian. Sehingga belum bisa menilai penyebab pastinya.

”Seperti yang kita ketahui, sebenarnya sungai sekitar Lembah Anai itu hulunya berasal dari Gunung Tandikek dan Gunung Singgalang. Yang terjadi di situ bisa dilihat secara fisik karena menurunnya kualitas DAS,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan penelitian terhadap DAS Lembah Anai, setelah mendapatkan data jumlah curah hujan dari pihak BMKG. Bila intensitas hujan agak tinggi, lalu luapan air terjun juga tinggi dan tidak normal, hal tersebut tanda-tanda alam adanya persoalan atau kerusakan di sepanjang DAS-nya.

”Tapi memang, kalau detailnya berapa titik lokasi, berapa luas, kita memerlukan analisis studi lebih lanjut. Tapi setidaknya dengan kejadian kemarin (dua hari lalu, red) dan kejadian sebelumnya menunjukkan DAS tanah tersebut sudah mulai kritis,” katanya.

Hal ini, sambung Andre, mesti menjadi perhatian serius oleh pemerintah. Sebab daya tampung DAS faktor paling utama terkait topografinya. Jadi kalau daerahnya curam maka pengurangan kualitas toleransinya sangat sedikit. Karena, jika kualitas berkurang sedikit maka hancurnya jelas kelihatan. Ini berbeda dengan DAS di daerah datar yang lumayan landai.

Andre mengungkapkan, daerah Lembah Anai memang bukan wilayah hulu sungai. Daerah itu termasuk daerah tangkapan air. Selebihnya daerah pemukiman seperti Kota Padangpanjang, Kecamatan 10 Koto seperti Kotobaru, Paninjauan, sampai Aia Angek, di mana batasnya sebelum Kecamatan Sungai Pua.

Dalam hal ini, Walhi berharap pemerintah dapat menegaskan hukum terkait pembukaan lahan, pengundulan hutan yang dilakukan oknum di sekitar DAS Lembah Anai.

Senada dengan itu, Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Isril Berd mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan tingginya debit air terjun Lembah Anai sehingga melimpah menutupi jalan. Pertama, intensitas air memang tinggi. Lebih dari 100 mililiter.

”Data yang pasti mengatakan curah hujan tanggal 11, 12, 13 Juni (lalu) itu memang sangat tinggi sekali. Di Padang juga begitu dan durasi hujannya juga lama,” terangnya.

Kedua, sambungnya, kondisi hutan dan lingkungan. Dapat dilihat sekarang di daerah sekitar Lembah Anai kualitas hutan mulai menurun karena pohonnya yang sudah ditebang. Sudah ada perladangan di atasnya.

Sehingga ketika terjadi hujan mengakibatkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah karena tertutup oleh pori-pori tanah yang sudah terbuka atau rusak. ”Oleh karena itu air lebih banyak mengalir ke arah permukaan,” jelasnya.

Isril berharap, dalam hal ini pemerintah mampu meningkatkan kebijakan terkait hukum dalam melindungi cagar alam. Sehingga tidak terjadi lagi hal yang serupa, yang bisa saja merenggut nyawa. Sebab lembah anai merupakan cagar alam yang sangat penting untuk diperhatikan lebih dan juga dilindungi.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Ardi Andono mengatakan, debit air yang meluap disebabkan karena tingginya tingkat curah hujan yang turun. ”Jika dilihat dari tutupan lahan disepanjang DAS Lembah Anai masih dalam kondisi yang baik,” katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, kejadian dua hari lalu disebabkan kuatnya arus air hujan yang dari gunung langsung ke lereng dan menuju ke Lembah Anai. Dalam hal ini BKSDA selalu berupaya melakukan pengawasan untuk mengantisipsi terjadinya kerusakan alam di sekitar Lembah Anai.

Diantaranya seperti melakukan Patroli SMART Resort Base Management (RBM). ”Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan rutin dalam pengelolaan kawasan konservasi,” sebutnya.

Kegiatan ini patroli pengamanan kawasan konservasi dalam rangka pemantauan dan pengawasan secara mobile dari satu tempat ke tempat lain. Ini guna mencegah dan menanggulangi pelanggaran-pelanggaran dan tindak pidana di bidang kehutanan di wilayah kawasan hutan konservasi.

Kemudian kegiatan Patroli SMART RBM ini merupakan kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing Resort Konservasi Wilayah BKSDA Sumatera Barat. Di mana kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data permasalahan kawasan konservasi, mencegah dan membatasi meluasnya kerusakan kawasan konservasi dan potensinya yang diakibatkan oleh ulah manusia dan bencana alam.

Lalu mempertahankan fungsi kawasan dan menjaga hak-hak negara atas potensi yang terdapat dalam kawasan konservasi serta meminimalisir tingkat gangguan dan ancaman terhadap kawasan konservasi.

Selain itu juga untuk menegakkan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan melalui inventarisasi dan identifikasi gangguan kawasan konservasi yang terjadi di kawasan konservasi. Kemudianm, menjaga keamanan dan keutuhan kawasan konservasi sehingga kawasan tersebut dapat berfungsi sesuai fungsinya.

Ardi menambahkan, pelaksanaan patroli SMART RBM ini dilakukan oleh petugas Resort Konservasi Wilayah, petugas Seksi Konservasi Wilayah dan dari Balai KSDA Sumatera Barat. Setiap temuan data di lapangan di data dan didokumentasikan.

”Dengan adanya kegiatan patroli SMART RBM ini diharapkan mampu mendeteksi secara dini titik-titik rawan gangguan atau pengrusakan kawasan hutan konservasi dan sekitarnya,” tukasnya. (wrd/cr4)